Bima Raya

Mengabarkan Lebih Luas

Dari 3.892 ke 26 Hektare, Ini Strategi Sukses DLH Palangka Raya Tekan Karhutla

PALANGKA RAYA — Pemerintah Kota Palangka Raya mulai mengambil langkah cepat dan strategis untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sejak awal tahun 2025. Lewat Dinas Lingkungan Hidup (DLH), mereka menggelar Sosialisasi Pencegahan Karhutla dan Pelatihan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB), Selasa, 22 Juli 2025, di salah satu hotel di Kota Palangka Raya.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala DLH Kota Palangka Raya, Berlianto, menekankan pentingnya pelibatan masyarakat secara langsung dalam menjaga lingkungan dan mencegah karhutla sejak dini.

“Menekan terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Kota Palangka Raya sehingga mencegah terjadinya bencana asap dan dampak karhutla lainnya yang merugikan manusia dan mahluk hidup, serta upaya dalam melindungi dan mengelola ekosistem gambut yang ada di wilayah Kota Palangka Raya,” ujarnya.

Data dari Kementerian Kehutanan RI mencatat, luas karhutla di Palangka Raya turun drastis dari 3.892,15 hektare pada 2023 menjadi hanya 26,08 hektare pada 2024. Penurunan ini menjadi indikator keberhasilan langkah-langkah preventif yang telah diambil pemerintah kota.

DLH juga mencatat pencapaian penting lewat Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kota Palangka Raya yang pada 2024 mencapai angka 71,58—masuk dalam kategori Baik. Rinciannya: Indeks Kualitas Udara (IKU) 89,41 (Baik), Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) 77,11 (Baik), dan Indeks Kualitas Air (IKA) 49,17 (Kurang).

Wali Kota Palangka Raya, Fairid Naparin, melalui sambutan yang dibacakan Plt Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Gloria Aden, menekankan pentingnya upaya pencegahan yang terintegrasi, mengingat skema pengendalian karhutla terdiri dari tiga tahap: pencegahan, penanggulangan, dan penanganan pascabencana.

“Kegiatan Sosialisasi Pencegahan Karhutla dan Pelatihan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar atau dikenal dengan istilah PLTB, yang kita laksanakan saat ini, merupakan salah satu upaya pencegahan dini sebelum terjadinya bencana kerusakan lingkungan khususnya kebakaran hutan dan lahan,” ucapnya.

BMKG sebelumnya telah memprediksi bahwa musim kemarau 2025 dimulai sejak April dan akan mencapai puncaknya pada Agustus, meski diperkirakan lebih singkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kendati curah hujan masih tinggi di Palangka Raya, potensi kebakaran tetap ada.

“Untuk itu, kegiatan ini saya nilai sangat strategis guna kita semua yang hadir pada hari ini dapat bersama mempersiapkan upaya pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan, yang seringkali terjadi saat musim kemarau,” lanjutnya.

Pemkot juga menempatkan pengendalian karhutla sebagai program prioritas nasional, termasuk penguatan tata kelola ekosistem gambut melalui Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (RPPEG). Tahun ini, dari total 26,08 hektare lahan terbakar, sekitar 8,13 hektare merupakan lahan gambut dan 17,95 hektare tanah mineral.

“Angka di Tahun 2024 ini mengalami penurunan yang sangat signifikan dibanding luas karhutla di Tahun sebelumnya, Tahun 2023 yang seluas 3.892,15 hektar. Untuk itu saya sangat mengharapkan sinergi, dalam kolaborasi serta tindakan preventif dalam pengendalian terjadinya kejadian kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kota Palangka Raya,” ujarnya.

Sekitar 100 peserta mengikuti kegiatan sosialisasi dan pelatihan tersebut. Mereka berasal dari berbagai unsur, mulai dari perangkat OPD, camat, lurah, akademisi, kelompok tani, tim serbu api kelurahan, LKK, BKM, hingga perwakilan RT dan RW. Harapannya, mereka dapat menjadi agen edukasi dan pendorong kesadaran lingkungan di komunitas masing-masing.

Para narasumber juga mendorong peserta untuk melihat peluang baru dalam memanfaatkan lahan tanpa membakar, seperti usaha perikanan, peternakan, perkebunan, dan pengolahan biomassa. Diversifikasi usaha ini dinilai mampu menjadi solusi untuk mengurangi praktik pembukaan lahan dengan api.

“Kiranya Sosialisasi dan kegiatan Pelatihan ini dapat berjalan dengan baik dan tentunya tujuan bersama yang kita inginkan dengan adanya edukasi dan informasi secara masif dan persuasif sebagai upaya kita bersama dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan, serta mampu meningkatkan pencapaian kondisi Kota Palangka Raya bebas karhutla dengan indeks kualitas lingkungan hidup di Kota Palangka Raya yang semakin baik,” pungkasnya. (redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini