Terkait Keracunan 27 Siswa SD, Gubernur Agustiar Sabran Tegaskan Perlu Pengawasan Ketat MBG
BIMARAYA, PALANGKA RAYA – Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Agustiar Sabran angkat bicara terkait dengan peristiwa 27 siswa sekolah dasar (SD) di Palangka Raya yang keracunan makan bergizi gratis (MBG).
Diketahui, 27 orang siswa SDN 3 Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya itu, mengalami gejala keracunan seperti mual, sakit perut, hingga muntah-muntah setelah mengonsumsi saos kedaluwarsa dalam menu burger MBG. Kasus itu terjadi pada Kamis, 4 September 2025 lalu.
Gubernur Kalteng Agustiar Sabran menegaskan, perlu ada evaluasi dalam pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG) di lapangan.
“Mesti evaluasi, kami sudah meninjau di beberapa sekolah (untuk memantau pelaksanaan MBG),” ujar Agustiar di Kantor Gubernur Kalteng, Palangka Raya, Rabu (1/10/2025).
Agustiar menyebutkan, Pemprov Kalteng bakal membuka kanal aduan untuk menerima laporan-laporan dari masyarakat terkait dengan pelaksanaan MBG di lapangan.
“Kami akan membuat kanal aduan untuk menerima laporan-laporan,” tambahnya.
Tak hanya itu, SPPG yang belum memiliki sertifikat laik higiene dan sanitasi juga akan dievaluasi, sehingga keamanan pangan MBG bisa terjamin.
“Pasti akan kami evaluasi, kalau ada pelanggaran SOP, pasti akan kami tindaklanjuti,” pungkasnya.
Dilaporkan sebelumnya, sebanyak 27 siswa SD di Kota Palangka Raya mengalami keracunan usai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG). Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Palangka Raya, Jayani.
“Ada laporan (keracunan MBG) dari puskesmas, sekitar dua minggu ini (kejadiannya), yang saya dengar ada sekitar 27 orang, siswa SD, itu laporan dari pihak sekolah, orangtua siswa kepada kami, dan pihak tenaga kesehatan,” beber Jayani saat diwawancarai awak media di Kantor Wali Kota Palangka Raya, Senin (29/9/2025).
Jayani menyebutkan bahwa puluhan siswa yang keracunan tersebut berada di jenjang SD yang berada di Kelurahan Bukit Tunggal. Ia enggan menyebutkan secara spesifik sekolah tempat siswa keracunan itu.
“Mungkin (keracunan itu karena) bahan saosnya yang kedaluwarsa, kemarin laporannya begitu,” beber Jayani sembari membenarkan bahwa pernyataan itu keluar dari orangtua siswa. (red)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan