Bima Raya

Mengabarkan Lebih Luas

Snoopdown Bakar Antusias Penikmat Musik Keras di Gigs “Mati Kolektif 2025” Palangka Raya

Foto bersama usai kegiatan. ( Foto: @barr._ )

BIMARAYA, PALANGKA RAYA – Malam akhir pekan di Kota Cantik Palangka Raya berubah menjadi ajang ledakan energi dan distorsi keras saat band hardcore lokal Snoopdown tampil memukau di panggung Gigs “Mati Kolektif 2025”, Sabtu malam (19/10/2025). Acara yang digelar di Edaizu Café, Jalan Sultan Hasanuddin, ini merupakan hasil kolaborasi kreatif antara Sebuahkolektif dan Mati, yang menghadirkan suguhan musik ekstrem berpadu dengan semangat komunitas independen khas kota ini.

Tidak hanya konser musik, “Mati Kolektif 2025” juga menghadirkan merchandise kolaborasi eksklusif, menjadikannya lebih dari sekadar gigs biasa. Empat band lokal tampil menghidupkan suasana dengan energi tanpa jeda, yaitu Snoopdown, Afterlost, Blanc, dan Clipper Head. Masing-masing membawa karakter kuat dengan genre beragam — dari hardcore, pop punk, hingga heavy metal — yang sukses mengguncang panggung dan memanaskan atmosfer malam itu.

Foto: @barr._

Snoopdown, sebagai salah satu penampil utama, tampil beringas dengan membawakan lagu andalan mereka “Mothafucker” serta beberapa cover dari band-band keras tanah air seperti Secret Weapon dan Bestiality. Aksi mereka membuat para penikmat musik keras yang memadati area panggung ikut berteriak, melompat, dan headbang tanpa henti.

“Gila sih, Snoopdown makin garang aja. Ini baru gigs yang ngangkat adrenalin! Udah lama nggak lihat crowd seramai ini di Palangka Raya,” ujar Bayu (27), salah satu penonton yang datang bersama komunitas metal lokal.

Foto: @barr._

Sang bassist Van pun mengaku kagum dengan euforia malam itu.

“Event kali ini luar biasa. Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk kerja, akhirnya bisa ‘melampiaskan’ semuanya lewat gigs ini. Energinya benar-benar hidup,” ujarnya usai tampil.

Sementara itu, Aloisius Erick atau yang akrab disapa Cheeseblood, selaku tim kreatif Sebuahkolektif, menegaskan bahwa “Mati Kolektif” bukan sekadar panggung hiburan, melainkan simbol kebersamaan komunitas musik independen Palangka Raya yang terus berjuang menjaga eksistensi di tengah arus industri yang serba instan.

Foto: @barr._

“Kami meyakini kolektivitas dari kawan-kawan penggerak, pelaku, dan penikmat adalah kunci untuk membangun gigs yang berkelanjutan di kota ini,” tutur Erick.

“Tentu, kami terbuka bagi siapa pun yang ingin ikut mendukung gerakan ini — selama tetap menjunjung nilai-nilai musik dan pergerakan yang kami usung,” tambahnya.

Foto: @barr._

Melalui “Mati Kolektif 2025”, komunitas musik keras Palangka Raya kembali membuktikan bahwa semangat independen dan solidaritas masih menjadi nyawa utama dalam menjaga denyut nadi skena lokal. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Exit mobile version