“Legenda Batu Bawui” Diangkat di Huma Betang Night, Dukung Visi Kalteng Bermartabat dan Berbudaya
PALANGKA RAYA, BIMARAYA – Suasana Bundaran Besar Palangka Raya pada Sabtu malam (28/06/2025) menjadi semakin semarak dengan pementasan sendratari bertajuk “Legenda Batu Bawui” dalam rangkaian kegiatan budaya Huma Betang Night. Acara yang bertepatan dengan agenda Car Free Night ini menjadi sorotan utama masyarakat, sekaligus menjadi panggung terbuka bagi kekayaan seni dan budaya Kalimantan Tengah.
Sendratari “Legenda Batu Bawui” yang dibawakan oleh Sanggar Budaya Bukit Kahias menghadirkan kisah rakyat dari Desa Tumbang Miwan, Kabupaten Gunung Mas. Cerita yang sarat dengan nilai moral dan filosofi kehidupan masyarakat Dayak ini dikemas dalam bentuk pertunjukan yang memadukan unsur tari, musik, dan narasi, menampilkan kolaborasi apik para seniman lokal yang tergabung dalam berbagai sanggar seni di Kota Palangka Raya.
Kepala UPT Taman Budaya Kalimantan Tengah, Wildae D. Binti, menjelaskan bahwa karya ini sebelumnya telah dipentaskan di lingkungan Taman Budaya, dan kini diberi kesempatan tampil lebih luas di ruang publik. “Kami dari UPT Taman Budaya melalui Sanggar Budaya Bukit Kahias membawakan legenda Batu Bawui, yang merupakan legenda rakyat asal Desa Tumbang Miwan, Kabupaten Gunung Mas. Karya pentas ini sudah pernah dipentaskan di Taman Budaya dan malam ini bisa disaksikan langsung oleh masyarakat luas dalam acara Huma Betang Night,” ujar Wildae seusai pertunjukan.
Ia juga menegaskan bahwa sendratari ini merupakan wujud ekspresi seni yang menggabungkan berbagai elemen pertunjukan. “Inilah salah satu karya sendratari dari seniman Kalimantan Tengah yang malam ini tampil bersama di bawah Sanggar Budaya Bukit Kahias. Jenis seni yang kami tampilkan menggabungkan unsur tari, musik, dan narasi, sehingga menciptakan pementasan yang utuh dan komunikatif,” lanjutnya.
Kegiatan Huma Betang Night sendiri merupakan agenda rutin yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah sebagai bentuk pelestarian budaya sekaligus penguatan ruang publik sebagai media ekspresi seni. Dengan memanfaatkan momentum Car Free Night, acara ini menghadirkan suasana santai namun sarat makna, mengajak masyarakat untuk lebih dekat dengan seni dan budaya daerahnya sendiri.
Menurut Wildae, pementasan ini juga merupakan bagian dari komitmen Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah melalui UPT Taman Budaya dalam membangun kesadaran generasi muda akan pentingnya menjaga dan melestarikan seni budaya Nusantara.
“Kegiatan ini sekaligus menjadi bagian dari komitmen Disbudpar Kalteng melalui UPT Taman Budaya Kalteng dalam menumbuhkan minat, kepedulian, dan partisipasi generasi muda terhadap seni dan budaya Nusantara, sejalan dengan visi membangun Kalteng Bermartabat dan Berbudaya yang dicanangkan oleh Gubernur H. Agustiar Sabran,” pungkasnya.
Melalui inisiatif seperti Huma Betang Night, pemerintah berharap keanekaragaman budaya Kalimantan Tengah dapat terus dikenalkan secara luas, tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana pendidikan kultural bagi masyarakat. Filosofi Huma Betang, yang mengedepankan kebersamaan, keharmonisan, dan toleransi, menjadi semangat utama dalam kegiatan ini.
Masyarakat yang hadir pun terlihat antusias mengikuti pertunjukan. Tidak hanya menjadi ajang hiburan, acara ini juga menjadi ruang interaksi lintas generasi dan latar belakang, mempererat rasa persatuan dan kecintaan terhadap budaya lokal. Dengan semangat tersebut, Legenda Batu Bawui berhasil tampil bukan sekadar sebagai kisah masa lalu, tetapi menjadi bagian dari semangat masa kini yang hidup dan menginspirasi. (Bayu)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan